top of page

Teman Lama

  • Diannisa Sekarwulan Junita
  • Oct 29, 2017
  • 5 min read

Ada satu hal yang aku ingin agar dunia tau. Ini adalah sebuah rahasia yang hanya aku, dia, dan kedua orang tuaku yang tau. Pernahkah kalian membayangkan jika mempunyai teman yang ternyata adalah kembaranmu yang selama ini kau tidak tau. Teman sekaligus kembaran yang bahkan hanya kalian sendiri yang bisa melihat? Baiklah, biarkan aku ceritakan sedikit kisahku ini. Pertama-tama perkenalkan aku Alysha, anak satu-satunya orang tuaku.

Hal ini terjadi sekitar dua belas tahun yang lalu sewaktu aku masih kecil, kala itu aku masih berusia sekitar lima tahun. Pada saat itu tiba-tiba jantungku terasa sangat sakit, detak jantungku sangat cepat dan juga suhu badanku menjadi 39 derajat celcius. Badan ku sudah gemetar, dan dipenuhi keringat dingin. Kedua orang tuaku segera membawaku ke rumah sakit, dengan ayahku yang menyetir mobil dan ibuku memelukku yang sedang menangis kesakitan dengan erat di sepanjang jalan. Lalu tiba-tiba semua menjadi gelap, aku tidak mengingat apapun, yang aku tau hanyalah aku sudah sampai di rumah sakit. Anehnya, saat aku terbangun aku sudah berada di kamar inap rumah sakit, dan yang lebih anehnya lagi, aku tidak mengingat apa yang terjadi, aku juga tidak bisa mengingat kejadian-kejadian penting dalam hidupku.

Dokter mengizinkan ku pulang setelah seminggu sudah aku dirumah sakit. Hal pertama yang aku lakukan ketika berada dirumah adalah segera berlari ke dalam kamarku, aku rindu tidur di kasurku. Namun, saat itulah hal ini mulai terjadi, hidupku berubah sejak saat itu. Tebak apa? Aku melihat seorang anak kecil sedang duduk membelakangiku di kasurku yang beralaskan sprei dengan gambar bunga. Anak itu memegang boneka barbie kesayanganku. Lalu aku bertanya “Hei, siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di kamarku?” dan anak itupun membalikan badannya dan kamipun saling berhadapan. Kesan pertamaku ketika melihatnya adalah dia cantik, dengan kulit yang putih pucat, rambut lurus sepundak, bola mata besar, hidung yang mancung, bibir berwarna merah alami, dan juga dia memiliki lesung pipi yang dalam di kedua pipinya. “Halo, namaku Anna, aku teman dekatmu yang mungkin sudah kau lupakan. Ngomong-ngomong aku sudah menunggumu dari tadi untuk bermain bersama”

Hari-hariku menjadi lebih berwarna setelah aku bertemu Anna. Dulu sewaktu aku belum bertemu dengannya, aku menghabiskan waktuku bermain boneka sendirian. Bagaimana tidak, kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, aku dirumah lebih dekat dengan bibi dari pada orang tuaku. Beda halnya dengan sekarang, ada Anna yang menemaniku untuk bermain. Orang tuaku tidak tau apa-apa tentang Anna, yang mereka tau hanyalah aku mempunyai seorang teman baru, tanpa mereka tau siapa nama temanku itu. Tak ada niatan untukku menceritakan Anna kepada orang tuaku karena aku takut mereka tidak suka aku bermain dengan Anna, tapi pasti suatu saat aku akan menceritakannya jika waktunya tepat dan aku sudah berani menceritakannya.

Anna dan aku sudah seperti seorang kakak dan adik. Kamipun memiliki banyak kesamaan dan juga kami memiliki wajah yang sangat mirip. Anna dan aku suka sekali bermain perosotan dan ayunan di halaman belakang rumahku, tapi setiap aku sedang bermain, bibi selalu bertanya “Aly, dari tadi main sama siapa? Kayaknya seru banget.” Aku tidak tau apa maksud dari perkataan bibi, sampai akhirnya Anna menceritakan bahwa sebenarnya hanya aku yang bisa melihat dia karena dia sudah tidak ada. Aku yang masih kecil saat itu hanya diam tanpa mengerti maksudnya, namun sekarang setelah aku dewasa aku tetap baik-baik saja walaupun aku sudah mengerti bahwa temanku selama dua belas tahun ini ternyata sudah tidak ada.

Minggu lalu, sebagai Aly yang sudah dewasa, aku menyampaikan niat ku pada Anna, “Na, sebenarnya aku mau cerita tentang kamu ke mama sama papa, tapi aku takut kamu marah sama aku.” Tidak seperti dugaanku, ternyata Anna tersenyum sambil melihatku dan berkata, “Loh, kenapa takut Ly? Aku malah senang kalo mama dan papamu tau tentang aku, jadi kita bisa main sepuasnya tanpa takut orang tuamu marah kan?” lalu malam harinya aku memberanikan diri datang ke kamar orang tuaku, dan aku menceritakan tentang Anna pada mereka.

Perkataan orang tuaku pada malam itu membuat ku masih tidak percaya walaupun sudah hampir dua minggu lamanya mereka tau keberadaan Anna. Bayangkan saja, temanmu yang selama ini bagimu hanyalah orang asing pada awalnya ternyata adalah saudara kembarmu yang sudah lama meninggal. Sulit aku terima dengan akal sehatku, kenapa setelah dua belas tahun lamanya aku mengenal Anna dan baru kali ini aku tau bahwa Anna adalah saudara kembarku? Hubunganku dengan Anna tetapi masih baik-baik saja walaupun setiap aku bertemu dengannya aku merasa sedikit canggung.

Seminggu yang lalu, pada malam itu setelah aku menceritakan Anna pada orang tuaku, mereka menceritakan sesuatu yang sangat asing untukku dan sangat tidak bisa aku percaya. Ternyata aku bukan satu-satunya anak orang tua ku, padahal dipikiranku selama tujuh belas tahun ini aku adalah anak pertama dan terakhir. Aku terlahir menjadi seorang adik dari Anna, itulah mengapa aku merasa Anna dan aku sangat dekat walaupun aku menganggap Anna orang asing pada awalnya.

Anna dan aku terlahir dengan keadaan prematur. Kami memiliki lemah jantung, tetapi keadaan Anna lebih parah dariku, paru-paru Anna tidak bisa berkerja dengan sempurna, dokter sudah memperingati orang tuaku agar menjauhkan kami berdua dari hal-hal yang bisa memicu penyakit jantung kami kambuh. Saat itu kami berdua berumur tiga tahun, Anna dan aku seperti anak kecil lainnya yang sangat menyukai bermain kejar-kejaran dan juga perosotan berserta ayunan.

Mama dan papa selalu berkata pada kami agar tidak terlalu kelelahan, tapi saat itu Anna dan Aly kecil masih belum mengerti apa-apa melanjutkan bermain kejar-kejaran setelah kami lelah bermain perosotan dan ayunan. Aku langsung istirahat ketika merasa lelah, tapi Anna tetap berlarian mengejar kupu-kupu yang ada di halaman belakang rumahku. Tiba-tiba saja Anna menangis sambil memegangi dadanya, ia terlihat sangat kesakitan. Aku yang tidak tau harus apa langsung menangis dan berlari ke orang tua ku dengan menunjuk kearah dimana Anna berada.

Orang tuaku, sangat terkejut melihat Anna sudah meringkuk kesakitan memegangi dadanya, mereka langsung membawanya ke rumah sakit. Selama perjalanan menuju rumah sakit aku menangis dan terus menggenggam tangan Anna erat-erat. Aku takut terjadi apa-apa padanya. Ketika tiba di rumah sakit, Anna sudah tidak sadarkan diri. Anna segera di larikan ke ICU. Aku yang saat itu masih berumur tiga tahun, dilarang memasuki ruangan Anna. Aku hanya bisa menangis dan memanggil nama Anna.

Tiga hari berlalu, keadaan Anna tidak membaik dan semakin memburuk, yang aku tau kedua orang tuaku memohon kepada pihak rumah sakit agar aku diizinkan masuk kedalam ruangan Anna. Pihak rumah sakit mengizinkanku masuk ke ruangan Anna dengan catatan hanya lima menit saja. Aku segera memakai pakaian khusus untuk memasuki ruangan Anna. Aku bisa melihat Anna tertidur dengan dipenuhi selang untuk alat bantu pernapasan. Aku menangis dan memeluk ayahku. Aku sangat takut saat itu. Aku berkata dalam hatiku “Anna kuat, Anna bisa ngelawan sakit ini. Anna pasti sehat lagi, Anna sama Aly pasti bisa main bareng lagi.” Lima menit berlalu, aku keluar ruangan Anna dengan ditemani Papa. Aly kecilpun bertanya pada papa, “Papa, Anna pasti sembuh kan? Anna pasti bisa main lagi sama Aly kan?” Papa yang mendengar perkataan Aly kecilpun tersenyum dengan mata yang penuh dengan air mata, “Aly doain kakak Anna biar baik-baik aja, ya sayang. Papa sayang banget sama kakak Anna dan Aly.”

Ternyata Allah lebih sayang sama Anna, pagi harinya Anna menyerah dan akhirnya Anna pergi. Mama menangis tanpa henti di pelukan papa, papa pun mengelus kepala mama dan memelukku. Walaupun saat itu aku berumur tiga tahun, aku sudah mengerti apa itu kehilangan orang yang sudah menjadi bagian dalam hidupku untuk selamanya. Aku mencium Anna dan membisikannya sebuah kata-kata, “Anna tau kan Aly sayang banget sama Anna? Sudah sampai disini aja perjuangan Anna, Anna tidak perlu sakit-sakitan lagi, makasih ya sudah jadi kakak, teman, dan sahabat buat Aly selama tiga tahun ini.”

Aku terbangun dari tidurku dengan mata yang bengkak, aku teringat mimpiku tadi malam tentang teman dan juga kakakku yang hanya aku yang bisa melihatnya. Ku lihat jam di kamarku, waktu sudah menunjukkan pukul 4:45 pagi. Aku memutuskan untuk sholat lalu mandi, setelah itu aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, ini adalah hari pertamaku menjadi seorang siswa kelas 12 SMA. Sebelum sarapan, aku menyempatkan diri untuk ke halaman belakang rumah ku, ternyata sudah ada Anna diatas ayunan. Dia tersenyum ke arahku lalu menyapaku, “Pagi Aly, semangat ini hari pertama jadi kelas 12. Jangan kecewain aku, mama, sama papa ya!”


 
 
 

Comments


Kontak
Sekolah
Kharisma Bangsa
Jalan Terbang Layang No. 21, Pamulang, Pondok Cabe Udik, Kota Tangerang Selatan, Banten 15418

​​

taufikgurukami@gmail.com

  • Black Google+ Icon

Nama *

Email *

Judul

Pesan

Yeay, sukses!!

© 2017 Kharisma Bangsa 

bottom of page